Fan Page Farhinindri di Facebook

Alhamdulillah…fan page Farhinindri telah berhasil mempunyai nama pengguna Facebook sebagai berikut : http://www.facebook.com/page.farhinindri

Dengan adanya nama pengguna tersebut insyaAllah akan memudahkan teman-teman lainnya untuk mengakses fan page tersebut.

Nama pengguna tersebut  juga tidak terlepas dari dukungan teman-teman sekalian yang telah me-like fan page Farhinindri di Facebook, karena memang ada sebuah aturan dari Fabcebook untuk dapat memiliki nama pengguna maka sebuah fan page harus memiliki 25 penyuka, dan itu terwujud untuk fan page Farhinindri di Facebook sejak 14 Mei 2012 lalu. Terima kasih untuk teman-teman sekalian yang telah menerima dan mendukung perkembangan blog ini dan juga fan page nya pada Facebook. Barakallahu fiikum. Jazakumullaahu khoir 🙂

Categories: About | Tag: | Tinggalkan komentar

Jadilah Masyarakat Berpola Pikir Sehat Dengan Banyak Membaca

Beberapa waktu lalu sebuah buku karya Jazimah Al-Muhyi membuat geger masyarakat khususnya dunia pendidikan kita. Buku karyanya yang berjudul Ada Duka di Wibeng habis ditelanjangi dan di cap sebagai buku porno secara sepihak oleh pihak-pihak pelaku pendidikan yang menurut saya hanya berupaya menutupi kelalaiannya sendiri. *Ups

Dalam blog http://sakobere.blogspot.com/2012/05/ada-duka-di-wibeng-membuat-resah.html, bahkan disebutkan sebuah komentar dari seorang guru, “ngelus dhadha, yang nulis mestinya belajar mengenal dunia bocah dulu …”
 karena buku tersebut ada pada beberapa perpustakaan SD negri di beberapa daerah.

Dengan segala hormat kepada dewan-dewan guru dan masyarakat Indonesia yang merasa keberatan dengan adanya buku ini, BACA DULU isi bukunya secara utuh. Lihat disampul depan buku tertulis “for teenager” yang jika dibahasa Indonesiakan maka berarti “untuk remaja” daaaaaan yang dikategorikan remaja bukanlah anak usia sekolah dasar. Maka jika buku tersebut bisa sampai ke rak perpustakaan sekolah dasar negri yang perlu dipertanyakan adalah proses pendistribusiannya. Tanpa bermaksud menunding siapa yang salah, karena memang bukan kompetensi saya juga untuk itu, cobalah pikirkan sejenak.

Saya tidak mengenal penulis buku Ada Duka di Wibeng secara personal, namun dengan membaca bukunya secara utuh mampu membuat saya menangkap pesan yang tersirat dalam buku tersebut yang jelas-jelas bukan misi ke-porno-an seperti yang akhir-akhir ini ditudingkan. Apalagi mengingat penulis tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP) yang sejak awal konsisten berkomitmen dengan karya sastra bertema islami.

Berikut petikan salah satu [aragraf buku kontroversial itu :

“Pokoknya, asal mau sama mau, gak masalah, kok.”
Akta menegakkan telinga.
“Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, juga kena penyakit kelamin. Gawat kan kalau sampai kena gituan.”
“Eh, ini nih… ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin!”
“Mana … mana?”
“Eh, katanya sperma itu…”
“Nah, di majalah ini dikatakan, sel telur itu kalau ketemu ama sperma….”
“Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!”
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?

Buku ini bercerita tentang seorang remaja bernama Akta dan sekolahnya, SMA Widya Bangsa yang dipelesetkan menjadi WIBENG. Diceritakan bahwa WIBENG adalah sebuah SMA yang dipenuhi dengan remaja-remaja ‘alay’ dengan pergaulan yang kacau-balau, dan Akta berusaha untuk mengubah suasana tersebut sebisanya.

Sengaja saya tebalkan paragraf dibawahnya sebagai sebagian gambaran jelas dari karakter Akta sang tokoh utama yang menurut saya juga bisa menggambarkan isi cerita jika dibaca dengan AKAL SEHAT, BIJAK dan PINTAR.

Pernahkah terpikir oleh Anda betapa syok dan sedih penulisnya. Ingat…fitnah lebih kejam dari pembunuhan.

Untuk para pelaku pendidikan yang notabene mengatakan bahwa buku ini porno…seperti yang kita sering gembar-gemborkan kepada anak didik “rajinlah membaca”, alangkah bijak jika diterapkan pada diri sendiri, apalagi mengingat peran kita sebagai pelaku pendidikan. Sudah tidak zaman lagi seorang pelaku pendidikan yang gaptek dan tidak open minded. Apalagi jika sudah mengantongi gelar “profesional” hehehe…walah-walah 😛 Piiissss

 

Categories: Info & news | Tag: , , | 2 Komentar

Menunggu

Menunggu.

Categories: Uncategorized | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.